wisata di malang, tempat wisata malang, tempat wisata, wisata malang batu, batu malang, wisata batu, kota malang, kota wisata malang, wisata di batu, hotel malang, batu malang, hotel malang, kota malang, kota wisata malang, tempat wisata, tempat wisata malang, wisata batu, wisata di malang, wisata jatim

Merengkuh Kesejukan Kebun Teh Wonosari

Perkebunan Teh Wonosari terletak sekitar 30 km dari Kota Malang ke arah utara. Udaranya sejuk dengan suhu udara rata-rata 19-26 derajat C. Sejak dibuka untuk umum pada 1993, kawasan seluas 510 ha milik PT. Perkebunan Nusantara XII tersebut menjadi tempat liburan keluarga yang komplet dan ringan di kantong. Di sana terdapat banyak fasilitas rekreasi dan olahraga, di antaranya trek tea walk, lapangan sepakbola, lapangan bola voli, lapangan tenis, kolam renang, dan area flying fox.
Perkebunan Teh Wonosari terletak sekitar 30 km dari Kota Malang ke arah utara. Udaranya sejuk dengan suhu udara rata-rata 19-26 derajat C. Sejak dibuka untuk umum pada 1993, kawasan seluas 510 ha milik
read more →

Lebih Dekat Dengan Satwa di Taman Safari Indonesia II

Ingin mengajak keluarga Anda berlibur di hawa sejuk pegunungan, melihat kehidupan binatang di alam bebas, menyaksikan aneka pertunjukan binatang, dan aneka aneka kegiatan rekreasi lainnya? taman Safari Indonesia II - lah tempatnya.

Taman Safari Indonesia II (TSI II) sebetulnya merupakan lembaga konservasi di luar habitat & pusat penangkaransatwa langka. namun, TSI Prigen juga mempunyai fungsi rekreasi. Fungsi sebagai tempat rekreasi inilah yang lebih dikenal masyarakat.
read more →

Pesona Pantai Ngliyep di Malang Selatan

Pantai Ngliyep merupakan obyek wisata yang berada di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, sekitar 62 km arah selatan dari kota Malang. Pantai ini bisa di katakan cukup bersih, mengingat tidak banyak wisatawan yang berkunjung kesana. Hal itu yang menjadikan pantai ngliyep termasuk pantai yang masih perawan. Keindahan panorama menjadi daya tarik tersendiri dari ke eksotisan Pantai Ngliyep, karena pengunjung bisa dengan bebas menghabiskan waktu, berekspresi dan eksplorasi di pantai ini yang seolah pantai Ngliyep adalah pantai pribadi anda.
Pantai Ngliyep menawarkan keindahan alam yang memanjakan mata. Dengan pasir pantainya yang putih bersih, Birunya lautan lepas selatan yang berpadu dengan deburan ombak yang menerjang karang, serta dihiasi dengan tebing – tebing curam dan hijaunya hutan lindung yang teduh membuat liburan anda akan menjadi sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan. Sungguh perpaduan warna alam yang begitu indah dan unik.

Keindahan Sunset dan Sunrise Pantai Ngliyep
Keindahan lain yang ditawarkan adalah adanya sebuah pulau yang kecil tak jauh dari bibir pantai. Pulau itu disebut masyarakat sekitar dengan nama gunung Kombang. Jika anda bertandang kesana, Anda bisa menikmati sunset atau juga sunrise di pulau kecil itu. Anda harus melewati jembatan yang menghubungkan pantai dengan pulau tersebut. Jadi tak hanya di pantai Ngliyep saja anda bisa melihat pemandangan sunset yang indah, tetapi bisa juga melihat sunset saat berada di pulau gunung Kombang tersebut. Menurut cerita, di sinilah tempat dilakukannya beberapa ritual yang berhubungan dengan Nyi Roro Kidul.

Sejarah Upacara Ritual di Pantai Ngliyep
Setiap tahun, tepatnya pada bulan Maulud dalam penanggalan Jawa, Pantai Ngliyep akan lebih ramai dari biasanya. Tepatnya pada tanggal 15 digelar acara ritual bertajuk upacara Labuhan. Upacara Labuhan adalah bentuk upacara pengorbanan, dimana kepala hewan ternak seperti kambing atau sapi akan dikorbankan ke laut sebagai sesaji. Konon upacara Labuhan ini pertama kali dilaksanakan untuk menghindarkan wabah penyakit yang sedang menyerang penduduk desa setempat. Sesaiji terutama ditujukan bagi Nyi Roro Kidul, sang ratu laut selatan.
Peristiwa wabah penyakit menular bagi masyarakat Jawa biasa disebut dengan istilah pagebluk. Pada jaman dulu di Desa Kedungsalam terjadi wabah penyakit pagebluk sekitar tahun 1913. Saat itu ada seorang sesepuh desa bernama Mbah Atun yang mendapat mimpi untuk menggelar upacara Labuhan di pantai agar terhindar dari bencana itu. Upacara ini dilakukan oleh penduduk desa setempat dengan iringan kesenian reog pada sepanjang ruas menuju pantai. Iringan-iringan orang mengenakan baju tradisional Jawa dan membawa sesaji itu kemudian berjalan menuju Gunung Kombang, kurang lebih 300 meter dari bibir pantai. Deburan ombak yang menghantam jembatan dan semilir angin, menambah suasana khusyuk upacara labuhan tersebut.

Akomodasi dan Fasilitas Pantai Ngliyep
Fasilitas yang tersedia di tempat wisata ini cukup lengkap, mulai dari lahan parkir, penginapan, toilet umum, mushola, warung makan, pos kesehatan, pendopo atau pesanggrahan, hingga penginapan. Harga sewa penginapan cukup murah, hanya sekitar Rp. 75.000 rupiah per kamar. Dengan pemandangan ombak besar khas pantai selatan, sangat disayangkan anda tidak dapat berenang di pantai, karena ombak pantai selatan pada umumnya sangat berbahaya.

Rute dan Akses Menuju Pantai Ngliyep

Untuk mencapai Pantai Ngliyep sangat mudah. Pengunjung bisa memilih rute Karangkates atau Kepanjen. Jika melalui Kepanjen Anda bisa naik angkutan umum dengan kode GN2 warna putih. Sedangkan jika lewat Karangkates kita bisa naik angkutan umum dengan kode GN1 dengan warna oranye. Dibutuhkan waktu kira-kira 2,5 jam dari pusat kota Malang atau cukup 1 jam dari Karangkates. Jalur menuju Pantai Ngliyep ini sangat indah walaupun di beberapa tempat rawan kecelakaan karena jalan sempit dan minim rambu-rambu. Di sepanjang jalan mulai dari Kedungsalam pengunjung akan disuguhi pemandangan pegunungan kapur. Untuk lebih jelas lokasi dan arah jalan menuju pantai ngliyep. 
read more →

Melihat Sejarah Candi Jago Malang

         Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang. Karena letaknya di Desa Tumpang, candi ini sering juga disebut Candi Tumpang. Penduduk setempat menyebutnya Cungkup.

           Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah Jajaghu. Dalam pupuh 41 gatra ke-4 Negarakertagama dijelaskan bahwa Raja Wisnuwardhana yang memerintah Singasari menganut agama Syiwa Buddha, yaitu suatu aliran keagamaan yang merupakan perpaduan antara ajaran Hindu dan Buddha. Aliran tersebut berkembang selama masa pemerintahan Kerajaan Singasari, sebuah kerajaan yang letaknya sekitar 20 km dari Candi Jago. Jajaghu, yang artinya adalah ‘keagungan’, merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tempat suci.
Masih menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, pembangunan Candi Jago berlangsung sejak tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M, sebagai penghormatan bagi Raja Singasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana. Walaupun dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singasari, disebut dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago selama tahun 1359 M merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singasari terlihat juga dari pahatan padma (teratai), yang menjulur ke atas dari bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif teratai semacam itu sangat populer pada masa Kerajaan Singasari. Yang perlu dicermati dalam sejarah candi adalah adanya kebiasaan raja-raja zaman dahulu untuk memugar candi-candi yang didirikan oleh raja-raja sebelumnya. Diduga Candi Jago juga telah mengalami pemugaran pada tahun 1343 M atas perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk.

           Saat ini Candi Jago masih berupa reruntuhan yang belum dipugar. Keseluruhan bangunan candi berbentuk segi empat dengan luas 23 x 14 m. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa tingginya mencapai 15 m.
Bangunan candi menghadap ke barat, berdiri di atas batur setinggi sekitar 1 m dan kaki candi yang terdiri atas 3 teras bertingkat. Makin ke atas, teras kaki candi makin mengecil sehingga pada lantai pertama dan kedua terdapat selasar yang dapat dilewati untuk mengelilingi candi. Garba ghra (ruang utama) terletak bergeser agak ke belakang.

             Bentuk bangunan bersusun, berselasar dan bergeser ke belakang merupakan bentuk yang umum ditemui pada bangunan pada zaman megalitikum, yaitu yang disebut sebagai bangunan punden berundak. Bentuk itu umumnya digunakan dalam membangun tempat pemujaan arwah leluhur. Menilik bentuknya, diperkirakan bahwa tujuan pembangunan Candi Jago adalah juga untuk tempat pemujaan arwah leluhur. Namun masih diperlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya.
 Untuk naik ke lantai yang lebih atas, terdapat dua tangga sempit di sisi kiri dan kanan bagian depan (barat). Lantai yang terpenting peranannya dan tersuci adalah yang paling atas, dengan bangunan yang letaknya sedikit bergeser ke belakang. 

               Candi Jago dipenuhi dengan panel-panel relief yang terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas. Hampir tidak terdapat bidang yang kosong, karena semua terisi dengan aneka ragam hiasan dalam jalinan cerita-cerita yang mengandung unsur pelepasan kepergian. Hal ini menguatkan dugaan bahwa pembangunan Candi Jago berkaitan erat dengan wafatnya Sri Jaya Wisnuwardhana. Sesuai dengan agama yang dianut oleh Raja Wisnuwardhana, yaitu Syiwa Buddha, maka relief pada Candi Jago mengandung ajaran Hindu maupun Buddha.

           Ajaran Buddha tercermin dalam relief cerita Tantri Kamandaka dan cerita Kunjarakarna yang terpahat pada teras paling bawah. Pada dinding teras kedua terpahat lanjutan cerita Kunjarakarna dan petikan kisah Mahabarata yang memuat ajaran agama Hindu, yaitu Parthayajna dan Arjuna Wiwaha. Teras ketiga dipenuhi dengan relief lanjutan cerita Arjunawiwaha. Dinding tubuh candi juga dipenuhi dengan pahatan relief cerita Hindu, yaitu peperangan Krisna dengan Kalayawana.
Di tengah pelataran depan, sekitar 6 m dari kaki candi, terdapat batu besar yang dipahat menyerupai bentuk tatakan arca raksasa, dengan diameter batu sekitar 1 m. Di puncaknya terdapat pahatan bunga padma yang menjulur dari bonggolnya.

            Di sisi barat halaman candi terdapat arca Amoghapasa berlengan delapan dilatarbelakangi singgasana berbentuk kepala raksasa yang saling membelakangi. Kepala arca tersebut telah hilang dan lengan-lengannya telah patah. Sekitar 3 m di selatan arca ini terdapat arca kepala rasaksa setinggi sekitar 1 m. Tidak didapat informasi apakah benda-benda yang terdapat di pelataran candi tersebut memang aslinya berada di tempatnya masing-masing.
Keterangan

               Saat ini Candi Jago masih berupa reruntuhan yang belum dipugar. Keseluruhan bangunan candi berbentuk segi empat dengan luas   23 x 14 m. Atap candi sudah hilang, sehingga tinggi bangunan aslinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa tingginya mencapai 15 m.
Bangunan candi menghadap ke barat, berdiri di atas batur setinggi sekitar 1 m dan kaki candi yang terdiri atas 3 teras bertingkat. Makin ke atas,  teras kaki candi makin mengecil sehingga pada lantai pertama dan kedua terdapat selasar yang dapat dilewati untuk mengelilingi candi. Graba ghra (ruang utama) terletak bergeser agak ke belakang. Bentuk bangunan bersusun, berselasar dan bergeser ke belakang merupakan bentuk yang umum ditemui pada bangunan pada zaman  megalitikum, yaitu yang disebut sebagai bangunan punden berundak. Bentuk itu umumnya digunakan dalam membangun  tempat pemujaan arwah leluhur. Menilik bentuknya, diperkirakan bahwa tujuan pembangunan Candi Jago adalah  juga untuk tempat pemujaan arwah leluhur.

               Candi Jago  dipenuhi dengan panel-panel relief yang terpahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas. Hampir tidak terdapat bidang yang kosong, karena  semua terisi dengan aneka ragam hiasan dalam jalinan cerita-cerita yang mengandung unsur pelepasan kepergian
Ajaran Buddha tercermin dalam relief cerita Tantri Kamandaka dan  cerita Kunjarakarna yang terpahat pada teras paling bawah. Pada dinding teras kedua terpahat lanjutan cerita Kunjarakarna dan  petikan kisah Mahabarata yang memuat ajaran agama Hindu, yaitu  Parthayajna dan Arjuna Wiwaha
read more →

Taman Rekreasi Tlogomas Malang Jawa Timur

Kolam renang di Tlogomas (Foto: antarajatim) Taman Rekreasi Tlogomas berada di Jalan Baiduri Pandan 17 Dinoyo, Kota Malang. Tempat wisata ini mudah dijangkau karena hanya sekitar 7 km dari pusat kota. Tempat wisata ini merupakan salah satu tempat rekreasi keluarga sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata lainnya seperti Taman Rekreasi Sengkaling dan sejumlah lokasi wisata di Kota Batu, karena letak Taman Rekreasi Tlogomas adalah satu jalur menuju Kota Batu. Bagi warga Malang tempat wisata ini tentu tidak asing lagi karena sudah berdiri sejak tahun 1989 dan termasuk taman rekreasi tertua di Kota Malang. 

 
Pada era 1990-an merupakan tempat wisata favorit di samping Taman Rekreasi Sengkaling. Namun dengan hadirnya sejumlah obyek wisata baru di Kota Batu, sekarang Tlogomas semakin banyak ditinggalkan wisatawan, di samping itu minimnya promosi dari pemkot setempat. Letak wisata ini dekat dengan Terminal Landungsari yang menghubungkan Kota Malang dengan Kota Batu. Bagi pengunjung yang datang dari arah pusat Kota Malang atau Terminal Arjosari, bisa memilih mikrolet jurusan LG, GL, AL atau ADL dengan membayar Rp 2.500 turun di terminal Landungsari, lalu menuju Tlogomas ditempuh dengan berjalan kaki. Tempat rekreasi ini tidak terlalu jauh dari Taman Rekreasi Sengkaling yang berada di sebelah utara lokasi sekitar 500 meter. 

Di area parkir tampak rindang karena ditumbuhi oleh pohon beringin, sehingga suasananya sangat asri dan sejuk. Tepat setelah pintu masuk, terdapat miniatur tujuh keajaiban dunia, replika candi-candi, patung tokoh dongeng, Putri Salju hingga superhero Batman dan Robin. Juga terdapat miniatur hewan-hewan prasejarah seperti dinosaurus, Patung Dewi Kwan Im, Garuda Wisnu Kencana, tokoh pewayangan, benda-benda luar angkasa, bahkan tokoh alien. Ada juga sebuah replika naga berbentuk sangat unik karena beberapa bagiannya menerobos ke permukaan lantai hingga terlihat pecah, membuat taman ini terlihat futuristik.. Di antara miniatur tersebut terdapat air terjun yang sumbernya berasal dari sungai yang kemudian akan jatuh bebas ke aliran Sungai Brantas yang lokasinya berbatasan dengan Taman Rekreasi Tlogomas. Di bagian tepi area miniatur, dibangun jalur pejalan kaki yang memiliki kontur naik turun dan dibuat mirip gua. 

Untuk memasuki tempat wisata ini kita hanya membayar tiket masuk Rp. 15.000 per orang sedangkan untuk anak-anak di bawah 3 tahun gratis. Di lokasi wisata ini disediakan tiga kolam, dua untuk anak-anak dan satu untuk dewasa, masing-masing berukuran 4 m, 6 m dan 3,5 m. Airnya kolam renangnya yang jernih menjadi keunggulan tersendiri bagi lokasi wisata ini. Pengunjung akan merasa segar saat berenang di sini karena air yang digunakan berasal dari sumber air terdekat sehingga terasa dingin dan tidak mengandung kaporit. Kolam renang letaknya di bawah, dengan menuruni beberapa anak tangga. 

Setelah masuk Anda akan menjumpai kolam berisi ikan mas dan terdapat pula teratai yang menghiasi kolam. Anda bisa membeli pakan ikan seharga 1000 per bungkus untuk bisa memberi makan ikan tersebut. Setelah melewatinya kita akan sampai di area kolam renang. Selain kolam renang yang menjadi unggulan, juga terdapat wahana lain seperti sepeda air, komedi putar, roda putar, cangkir putar, hingga sky boat. Setelah puas bermain mungkin Anda akan mulai merasakan lapar dan dahaga. Di Tlogomas terdapat banyak kedai yang menjual aneka makanan dan minuman sehingga Anda tidak perlu repot-repot membawa bekal dari rumah. Di dekat lokasi terdapat Depot Soto Ayam Lombok atau Soto Ayam Lamongan. 

Bila bosan bermain air, Anda bisa melihat-lihat hewan landak sambil makan-makan. Bagi yang gemar berolahraga Anda bisa mengunjungi lapangan tenis atau futsal yang masih satu area dengan taman rekreasi ini. Sayangnya Taman Rekreasi ini kurang promosi dan inovasi sehingga sekarang kalah populer dibandingkan tempat wisata lain yang lebih modern. Beberapa wahananya terlihat kurang terawat, akses jalannya pun kurang sehingga minat wisatawan untuk berkunjung menurun. Meski demikian, hingga kini Tlogomas masih memiliki beberapa kelebihan dibanding wisata lainnya, yaitu suasananya yang teduh menjadi nilai tersendiri, karena mampu menciptakan perasaan yang tenang dan rileks bagi sejumlah wisatawan yang mengunjunginya.

Turrima Ticket & Travel
Jl. Coklat no. 9C (Poros Soekarno Hatta) Malang 65141
Phone : +62 341-482122 | Fax : +62 341-408767 | SMS : 08 222 100 5555 | BBM : 33047D8F
read more →

Merasakan Pelukan TAHURA RADEN SOERJO

Meskipun banyak fasilitas yang kurang terawat, Taman Hutan Raya (Tahura)R. Soerjo tetapi bisa Anda jadikan alternatif wisata Kabupaten Malang. Minimal di kawasan ini Anda bisa menghirup udara segar, berendam di air panas yang mengandung belerang, atau melakukan wisata lintas rimba untuk melihat kekayaan flora-fauna di dalamnya.


Merasakan bersih dan sejuknya udara serta hangatnya air belerang alami tentu sangat menyenangkan. Paru paru seolah dibuat tersenyum lantaran udaranya bersih yang masuk di dalamnya. Kulit putih pun sersa ceria oleh belaian hangat air belerang yang mampu mengusir debu yang menempel atau jamur yang membuat noda. Itulah kira-kira sebagian manfaat berekreasi ke Tahura R.Soerjo. Objek wisata alam ini berada di kota Batu. Letaknya geografisnya yang berada di bawah Gunung Welirang membuat Tahuru R.Soejo berudara sejuk, suhunya berkisar 13-15 derajat celcius. Dari Kota Malang jaraknya sekitar 38 km atau 29 km dari Kota Batu. Bila anda ke sana, perjalanan menuju objek wisata alam ini sudah menjadi hiburan tersendiri. Selepas Desa Sumber Brantas Anda akan melewati jalan mulus dan berliku. Di kiri-kanannya Anda akan menikmati pemandangan indah berupa hamparan ladang sayur, kebon buah apel,serta kebun segala jenis bunga hias, seperti bunga krisan, bunga mawar, hingga bunga anggrek . Di areal masuk kawasan Tahura R.Soerjo deretan kios penjual makanan kecil dan oleh” menyambut anda. Di salah satu sisinya terpampang peta wisata yang menunjukkan lokasi objek – objek wisata di kawasan Tahura R.Soerjo. Tak jauh dari peta itu anda bisa menemukan loket tiket masuk. Dengan berbekal tiket yang anda beli, permandiaan air panas Cangar dan objek wisata lain di kawasan ini bisa anda nikmati. Di permandiaan air panas Cangar anda akan menemukan lima kolam yang terdiri atas dua kolam rendam terbuka, satu kolam rendam berdinding khusus untuk wanita, satu kolam renang dewasa dan satu kolam renang anak-anak. Dari kelima kolam itu, dua kolam rendam yang berdinding batu alam menjadi kolam rendam favorit. Tak heran kalau kedua kolam itu palig ramai didatangi pengunjung. Di kolam-kolam itulah anda bisa berendam dan menikmati hangatnya air yang mengandung belerang alam. Konon air tersebut dapat menyembuhkan penyakit kulit, rematik, sampai stroke. Sayangnya, lingkungannya di sekitar permandiaan ini sangat tidak terawat, sehingga tidak sedap di pandang mata.


Di Areal kolam renang anda juga bisa melihat kawanan kera berlompatan dari pohon ke pohon yang tumbuh di sekeliling areqa kolam. Anda bisa pula menemukan pedagang yang menawarkan minuman tradisional khas Cangar. Badek namanya. Minuman tradisional berupa air tapai ketan hitam ini di jual pergelas, per botol kecil, dan per botol besar. Selain minuman itu, pedagang yang sama juga menjual tapai ketan hitam yang dikombinasikan dengan lontong ketan putih . Usai berendam dan menikmati makanan dan minuman tradisional, anda bisa melanjutkan dengan wisata lintas rimba. Di kawasan taman hutan raya ini anda dapat menjumpai macam-macam tumbuhan liar macam cemara, saren, pasang, kemlandingan gunung, dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti padi-padian. Nama tiap tanaman umumnya dicantumkan pada papan informas pada tanaman tersebut. Anda dapat pula melihat beberapa jenis satwa liar macam rusa, kijang, babi hutan, lutung jawa, kera abu-abu, budeng, dan berbagai jenis burung seperti tekukur dan kerenda. Kalau masih belum capai, cobalah tengok pula Gua Jepang. Gua yang dibuat oleh penjajah Jepang pada saat perang dunia II hampir berakhir itu menjadi saksi bisu sejarah pada masa penjajahan Jeapang. Gua tersebut dijadikan bunker unttuk menyimpan barang sekaligus sebagai tempat perlindungan. Di lokasi wisata air panas Cangar terdapat beberapa goa jepang. Namun hanya beberapa yang masih bisa dimasukin, karena yang lain telah tertimbun.


Lokasi : Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu . Buka : Pukul 07.00-16.00 WIB Harga tiket masuk Rp 2.800 per orang Fasilitas pendukung : Gazebo, pusat informasi, pendopo, pondok wisata, penyewaan tikar dan pakaian renang, kantin/ warung makan, mushola, tempat parkir, dan toilet umum.


Turrima Ticket & Travel
Jl. Coklat no. 9C (Poros Soekarno Hatta) Malang 65141
Phone : +62 341-482122 | Fax : +62 341-408767 | SMS : 08 222 100 5555 | BBM : 33047D8F
read more →

Museum Kesehatan Jiwa RSJ Dr Radjiman

Museum Kesehatan Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat beralamatkan di Jalan Ahmad Yani Lawang, Kabupaten Malang. Museum ini merupakan Museum Kesehatan Jiwa pertama dan satu-satunya di Indonesia dan dibangun di areal RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW). Museum ini dibangun sebagai wahana pembelajaran dan solusi pembelajaran sejarah perkembangan teknologi kedokteran khususnya di bidang kesehatan jiwa. Sayangnya, keberadaan museum ini tak banyak diketahui oleh masyarakat. Padahal sangat bagus untuk proses pembelajaran. Bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke sini tidak dipungut biaya sama sekali. Museum Kesehatan Jiwa ini diresmikan pada 23 Juni 2009 bertepatan dengan hari jadi RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat yang ke-107 oleh Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Dr. Farid Husein, MPH.



Museum Kesehatan Jiwa di Lawang (Foto: tourismkabupatenmalang.com)

Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodinigrat Lawang sendiri didirikan berdasar Surat Keputusan Kerajaan Belanda No. 100 tanggal 30 Desember 1865. Sedangkan pengerjaan pendirian bangunan rumah sakit sendiri baru dimulai pada tahun 1884. Sebelum rumah sakit dibangun, pengelolaan pasien mental diserahkan kepada Dinas Kesehatan Tentara Belanda. Pada 23 Juni 1902, Rumah Sakit Jiwa ini dibuka secara resmi dengan nama Krankzinigen Gesticht te Lawang dengan kapasitas percobaan 500 TT dan merupakan rumah sakit jiwa tertua kedua di Indonesia setelah Bogor. Semula rumah sakit ini didirikan hanya untuk orang-orang Cina dan Belanda yang sakit jiwa. Pada zaman kolonial waktu itu, rumah sakit jiwa ini hanya melayani orang-orang kaya saja. Dalam perkembangannya kemudian, rumah sakit tersebut juga diperuntukkan bagi warga pribumi.


Pada masa penjajahan Belanda, RSJ Lawang pernah menjadi markas tentara Belanda, dan banyak menerima rujukan pasien dari berbagai daerah. Setelah masa kemerdekaan, rumah sakit ini dikenal sebagai Rumah Sakit Jiwa Sumber Porong. Dari tahun 1978 sampai sekarang, RSJ Lawang melakukan upaya pengembangan pengobatan dan perawatan pasien mental baik Rawat Jalan, Rawat Inap, Program Keswamas dan Penunjang Medik. Dalam perkembangannya pada tanggal 23 Juni 2002, saat Rumah Sakit Jiwa Lawang tepat berusia seabad, diresmikan nama baru menjadi Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang (RSJRW) oleh Menteri Kesehatan Dr. Achmad Sujudi, MPA. Dr. Radjiman merupakan dokter pertama di Jawa yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa Lawang pada tahun-tahun awal berdirinya. Di Museum Kesehatan Jiwa ini pengunjung bisa menyaksikan sejarah Rumah Sakit Jiwa Dr. Rajiman Wediodiningrat melalui berbagai foto dan gambar yang dipajang. Meskipun usianya sudah tua namun tetap terawat dengan baik sehingga pengunjung bisa menyaksikan dengan jelas gambar-gambar dan benda yang dipamerkan. Di samping itu, di sini tersimpan ratusan koleksi yang terdiri dari benda-benda dan dokumen-dokumen tua, yang berkaitan dengan riwayat masa lampau rumah sakit jiwa. Sayangnya, karena luas museum yang masih belum memadai, baru 700-an benda yang bisa dipajang di dalam museum. Sisanya, masih tersimpan di dalam gudang. Sekilas saat melihat dan membaca berbagai keterangan yang tertempel di semua benda dan alat itu, siapa pun pasti akan bergidik.


Di museum ini pengunjung bisa menyaksikan berbagai peralatan terapi sakit jiwa yang penggunaannya dibenarkan oleh rumah sakit jiwa maupun tidak. Seperti peralatan terapi yang dibenarkan penggunaannya dan dipajang di museum ini adalah bak hydrotherapy. Peralatan itulah yang digunakan tenaga medis RSJ pada abad ke-19 untuk merendam pasien agar pasien yang kambuh bisa tenang. Karena pada saat itu ilmu kedokteran jiwa belum maju seperti sekarang, jadi terkadang alat-alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menerapi pasien terlihat kejam dan sadis. Padahal memang begitulah penanganan pada zaman itu. Terhadap dunia kedokteran dan dunia psikologi serta psikiatri, pengunjung juga bisa menyaksikan koleksi foto-foto para Menteri Kesehatan sejak era kepemimpinan Bung Karno hingga saat. Begitu juga berbagai foto para ahli yang turut berjasa dalam mengembangkan dunia psikiatri.


Bergeser sedikit, Anda juga akan melihat koleksi sepasang straight jacket. Di banyak film impor, adegan tokoh yang terindikasi terkena gangguan jiwa sering digambarnya mengenakan kostum ini. Yakni jaket putih dengan banyak tali serta gesper dengan bukaan di bagian punggung. Di ujung lengan terdapat tali yang gunanya untuk mengaitkan dua tangan ke belakang dengan posisi sedekap. Lalu ada juga alat yang biasanya masih dijumpai di daerah-daerah pelosok untuk menangani warga yang dianggap gila, yakni pasung kayu. Biasanya digunakan dengan posisi duduk, dua kaki dimasukkan ke dua lubang kayu yang bisa dibuka tutup. Penggunaan straight jacket dan alat pasung ini sebenarnya tidak dianjurkan. Hanya saja, pada beberapa kasus, pasien memang harus mengenakan pakaian ini agar tidak sampai melukai orang lain. Ini kami pajang agar masyarakat tahu bahwa penggunaannya dilarang karena justru akan menyakiti dan melukai penderita gangguan jiwa. Di tempat ini pula kita akan menemukan alat ‘sadis‘ lainnya, yakni alat pengiris otak. Jangan membayangkan yang tidak-tidak bila melihatnya dari jauh karena alat itu hanya menjadi bagian dari alat-alat laboratorium zaman dulu untuk meneliti otak manusia beserta gangguan-gangguannya. Jadi, bukan otaknya pasien yang dibuka dan diiris untuk menyembuhkannya.


Lalu bergeser ke bagian lain, suasana hati dan penglihatan pengunjung akan lebih sejuk dan romantis. Di ruangan juga dipajang sekitar 30 lukisan berbagai ‘aliran‘ karya pasien RSJ Lawang. Ada lukisan aliran realis yang menggambarkan pemandangan alam gunung lengkap dengan sawahnya, bunga mawar merah, juga lukisan wajah manusia dengan garis-garis wajah yang terlihat sempurna untuk karya pasien RSJ. Salah satu lukisan yang cukup menarik perhatian adalah lukisan yang dalam keterangannya berjudul ‘Wedhok….‘ karya Ajie R lengkap dengan inisial tapi tanpa identitas waktu. Wujud perempuan dalam lukisan itu berambut cokelat seleher, dengan hidung terlihat sangat mancung karena dilengkapi bayangan dan mata yang menatap hampa ke depan. Ada juga lukisan aliran abstrak yang berwujud coretan-coretan serta bangun-bangun tidak beraturan namun memiliki komposisi warna yang kuat dan padu.


Di Rumah Sakit Jiwa ini memang menyediakan ruang Kreasi yang bisa dimanfaatkan semua pasien untuk mengeksplorasi bakat minat mereka. Kegiatan di Ruang Kreasi RSJ Lawang ikut membantu proses terapi kejiwaan pasien. Mereka menjadi lebih tenang dan mudah dikendalikan. Tidak hanya lukisan, ada beberapa karya yang lain seperti gantungan kunci, tatakan gelas, tas laptop, tas hp dari bahan rajutan dan masih banyak lagi. Ini merupakan salah satu metode terapi yang dipakai RSJRW. Keterampilan yang didapat selama menjalani proses rehabilitasi diharapkan dapat digunakan sebagai bekal rehabilitan saat sudah dinyatakan sembuh dan kembali ke masyarakat.


Keberadaan Museum Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dan memberi pemahaman mengenai segala permasalahan kejiwaan dan penanganannya yang tepat. Selama ini masyarakat masih menilai negatif segala hal yang berhubungan dengan gangguan kejiwaan. Padahal rumah sakit ini sangat bersih dan tertata rapi. Oleh karena itu, dengan adanya museum ini diupayakan akan mengubah citra masyarakat tentang Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Pengunjung museum ini kebanyakan adalah mahasiswa Stikes yang mendapat tugas untuk belajar ke sini. Selain itu, juga ada pengunjung-pengunjung dari mancanegara yang datang. Karena itu, diharapkan agar tempat ini suatu saat bisa menjadi salah satu tempat riset masalah gangguan kejiwaan.


Turrima Ticket & Travel
Jl. Coklat no. 9C (Poros Soekarno Hatta) Malang 65141
Phone : +62 341-482122 | Fax : +62 341-408767 | SMS : 08 222 100 5555 | BBM : 33047D8F
read more →